Aku menulis ini dalam perjalanan menuju Bekasi, dan kebetulan sekarang sedang diatas tanah tempat kita bertemu, Surabaya..
***
Aku selalu ingin bertemu denganmu, sejak kemunculan namamu di layar HP ku ini membuatku tersenyum bahagia. Pesan darimu selalu yang paling aku tunggu, walaupun mungkin kamu tidak menyadarinya.
Namun, apa yang aku bisa? Aku tidak mungkin mengajakmu bertemu denganku. Aku takut mendapat penolakan darimu. Lagipula, untuk apa?
Untuk bertemu denganmu pun sebenarnya aku belum siap. Aku sedang dalam tahap memperbaiki diri.
Aku hanya bisa menunggu semesta mempertemukan kita.
Entah kapan.
Aku datang kembali ke Bumi Arema, kota yang menjadi saksi bisu masa perkuliahanku, tanpa ekspektasi apapun.
Aku hanya ingin bertemu dengan teman-temanku dan mendaftar wisuda.
Tapi tentu saat aku singgah di kotamu sebentar saja, aku tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa dalam radius sekian kilometer dari tempatku, ada kamu.
Lalu mengapa tidak bertemu?
Keesokan paginya, aku bermimpi melihatmu duduk diatas motor dan mengobrol dengan kedua temanmu, yang keduanya kukenal. Aku hanya bisa melihatmu dari balik pintu, tak terpikir olehku untuk membuka pintu tersebut. Namun tiba-tiba kamu pergi, meninggalkan kedua temanmu itu. Kemudian aku menghampiri mereka, dan mereka saling berbisik, "Yah, baru saja.."
Mereka mengisyaratkan seolah kamu ingin bertemu denganku, namun aku tak ada.
Siangnya, kamu mengajakku datang ke sebuah jobfair di kotamu. Tentu saja ini sudah bukan bagian dari mimpi, ini nyata adanya! Saat itu aku berkata bahwa aku juga belum punya teman untuk diajak kesana, padahal nyatanya sudah. Mana mungkin aku datang sendiri. Tapi karena kamu mengajakku, aku langsung berkata kepada temanku bahwa ia tidak perlu menemaniku, aku sudah diajak olehmu.
Biarlah kamu bertemu denganku yang belum selesai memperbaiki diri ini.
Aku berkata bahwa aku ingin dijemput olehmu, di stasiun atau terminal. Bukan karena aku manja, aku sudah biasa kemana-mana bermodalkan transportasi online, tetapi aku ingin merasakan dibonceng olehmu, berada di belakangmu mengitari kota pahlawan, dan lebih lama bersamamu.
Aku bisa saja mengatakan bahwa kita langsung bertemu di tempat jobfair. Tetapi tidak, 'kan? Namun aku kecewa setelah mengecek aplikasi maps-ku bahwa ternyata jarak dari stasiun ke tempat jobfair hanya 2 KM. Jadi, hanya sependek 2 KM aku berada di atas motormu?!
Aku, yang biasa pergi ke kotamu naik bus, rela menaiki kereta yang aku pun tidak bisa memastikan akan mendapat tempat duduk diperjalanan itu atau tidak, semenjak kamu berkata tidak mau ke Purabaya karena jauh.
Ditambah lagi saat kamu berkata baru selesai psikotest sekitar pukul 11. Keretaku akan tiba pukul 10. Aku rela menunggu.
Malam sebelum kita bertemu, asam lambungku naik. Aku merasa kelelahan. Pukul 20.00, aku mencoba tidur setelah meminum obat, namun aku terbangun kembali pukul 22.00. Aku tidak bisa tidur lagi sampai pagi. Aku memang begitu, terlalu excited menghadapi hari esok sampai-sampai tidurpun tak bisa.
Pagi harinya, aku mandi. Kamu bisa membayangkan, 'kan? Air di Malang pukul 5 pagi dinginnya seperti apa? Tetapi aku tidak merasa ini sebuah siksaan, bahkan aku terus mengguyur tubuhku.
Dan ketika aku menaiki ojek online menuju tempat makan, aku membiarkan diriku terkena angin pagi. Karena terlalu sombong, perutku melilit lagi. Untunglah, tidak terlalu lama.
Kereta berjalan tepat 1 menit setelah aku memasuki gerbong kereta. Ya, bisa ditebak, aku tidak mendapat tempat duduk.
Aku tiba di stasiun tempat kesepakatan kita bertemu, pukul 10 pagi. Aku langsung membeli kopi di salah satu minimarket dan duduk di kursi taman depan stasiun. Sambil menikmati kopi, aku melihat orang dan kendaraan berlalu-lalang didepanku. Itu merupakan pagi yang indah. Aku tidak melihat kota ini seperti biasanya. Saat itu sepertinya bukan terik matahari lagi yang kulihat di langit, tetapi perpaduan warna senja yang ciamik. Aku benar-benar menikmati penantianku akan kehadiranmu.
Kemudian kamu datang setelah 2 jam aku menunggu. Aku senang sekali. Kamu datang menaiki motor biru besar yang kemarin pagi aku lihat di mimpiku. Ya, terakhir aku melihat motor itu di dunia nyata tentu saja ketika kita masih SMA. Kamu memakai tas Jansport warna hijau-putih, yang ketika SMA juga kamu pakai. Terimakasih Tuhan, ingatanku terhadap manusia ini masih bagus.
Kamu, tasmu, dan motormu hanya 5 tahun lebih tua dari yang terakhir kuliat.
Kamu, yang juga memakai jaket gelap kehitaman dengan helm Honda berwarna hitam, memberikan helm pink-ungu kepadaku yang kacanya sudah turun-turun. Lucunya, aku senang.
Masih teringat aku agak kesulitan menaiki motormu yang tinggi itu. Aku tidak mungkin tidak berpegangan pada pundakmu ketika menaikinya. Hehe, maaf.
Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, jarak dari stasiun ke tempat jobfair tidaklah jauh, namun kita agak kesulitan mencari tempat parkirnya. Harus memutar.
Setelah menemukan tempat parkir, kita berjalan menuju gedung jobfair. Aku, yang tidak suka berada di sebelah kirimu, berjalan lebih pelan untuk bisa berpindah ke sebelah kananmu. Tapi kamu malah ikut berhenti dan menengok ke arahku. Kamu sepertinya berpikir aku berjalan lambat, padahal aku hanya ingin berada di sebelah kananmu.
Aku masih ingat ketika kita harus mengisi form di tempat yang terkena sinar matahari. Kamu menghadap ke arahku dan berkata matamu menyipit seolah tak terlihat lagi, entah kamu sengaja atau tidak. Aku masih ingat ketika kita bingung mengapa tidak ada info lowongan kerja di sini, yang sebenarnya jobfair di lantai 3, yang kita datangi itu ternyata expo. Aku masih ingat ketika kamu bilang pengumuman psikotest pagi tadi, jam 1 siang. Ketika aku bertanya mengapa kamu malah disini, kamu jawab kamu ada tugas lain selain harus menunggu pengumuman itu. Aku masih ingat ketika aku memastikan bahwa tas yang kamu pakai sekarang adalah tas yang kamu pakai juga ketika SMA, dan kamu mengiyakan, kualitasnya bagus. Aku masih ingat ketika aku berusaha memotret poster lowongan kerja dengan HP-ku yang seperti itu, kamu menawarkan HP-mu untuk kupakai memotret. Aku masih ingat ketika kamu bilang bahwa kamu hanya formalitas mendatangi jobfair ini. Aku masih ingat ketika kamu bilang tidak biasanya siang-siang seperti ini bepergian. Kamu biasanya di kos, entah apa yg dilakukan. Aku masih ingat ketika di booth KAI, kursi yang digunakan adalah kursi stasiun. Kita membayangkan ada kursi yang hilang di stasiun Gubeng, dan ternyata ada disini. Aku juga masih ingat perkataan temanku yang kemarin sudah ke tempat ini dan dia berkata hampir tidak ada lowongan untuk jurusanku, mungkin Bulog bisa didatangi.
Akhirnya kita mendatangi booth Bulog. Disitu mata kita tertuju pada beras sachet. Dan ternyata, itu dijual! Tanpa berpikir panjang, akupun langsung membelinya. Aku beli 2, tadinya satu untukku dan satu untukmu. Tapi kamu tidak mau, akhirnya keduanya untukku. Kamu heran dan tidak menyangka denganku yang bisa-bisanya datang ke jobfair lalu pulang membawa 2 sachet beras. Kemudian kita keluar area dan mengabadikan beras-beras itu.
Saat itu aku berpikir bahwa setelah selesai, kita akan jalan-jalan di mall itu. Tetapi rencana Tuhan lebih indah, kamu tiba-tiba mendapat kabar bahwa kamu lolos tahap psikotest tadi pagi, dan harus interview jam 2 di kampusmu. Kamu tadinya malas mendatangi interview itu, karena sudah lebih dari jam 2 dan kamupun belum mencetak form perusahaan itu. Tetapi aku membujukmu dan meyakinkanmu untuk tetap datang.
Kamu malah meminta maaf padaku karena aku jadi harus menemanimu interview. Padahal, justru aku senang karena bisa ikut datang ke kampusmu dan menemanimu interview yang ternyata baru pertama kali ini kamu lakukan!
Dari tempat jobfair tersebut kita mencari tempat print, lalu ke kampusmu. Ternyata kamu tidak terlambat, karna yang lain juga sedang menunggu giliran dan kebetulan nomormu belum dipanggil. Interview dilakukan di lantai 2, kita menunggu di lantai 1. Selagi menunggu, kamu mengisi form yang tadi kamu print. Aku duduk disampingmu, hanya diam mengamatimu. Mengamati caramu menulis, caramu menerka posisi yang kamu lamar, dan aku hanya bicara ketika kamu bicara, karena aku sadar, kamu sedang berkonsentrasi. Saking konsentrasinya, sampai-sampai kamu salah mengisi kolom.
Setelah itu kita pindah ke lantai 2. Karena tidak ada kursi, kamu menyuruhku duduk di tangga. Sementara kamu di depan ruangan interview, entah apa yg kamu diskusikan dengan temanmu. Tapi tidak lama, ternyata kamu menghampiriku. Kamu duduk di tangga serong bawahku. Dan kita menunggu bersama. Aku senang menatapmu lama-lama, aku senang menyuruhmu memasukkan kemejamu kedalam celana bahanmu, aku senang memberitahumu bahwa kamu harus mengetahui sedikit banyak tentang perusahaan itu, dan aku senang berkomunikasi denganmu hanya melalui tatap, seraya sama sama tersenyum. Lalu kamu pindah duduk di sampingku.
Kamu ingat tidak, aku berkata padamu bahwa aku tidak menyesal resign dari tempat kerjaku sebelumnya? Ya, tentu saja kalau aku tidak resign, aku tidak bisa bertemu denganmu.
Aku juga iseng bertanya padamu, kamu bisa membetulkan mesin jahit atau tidak? Kamu bisa membetulkan mesin cuci atau tidak? Dan kamu bilang, dibawa saja ke bengkel.
Bahkan pertanyaanku yang paling random untuk dibicarakan disaat-saat seperti ini: apa perbedaan elektro arus kuat dan arus lemah?
Setelah kamu dipanggil, aku tetap menunggu ditangga yang sama. Sampai kamu memanggil namaku dari belakang dan kamu berkata sudah selesai. Sambil membicarakan interview tadi, kita berjalan kearah parkiran. Kamu bertemu dengan temanmu laki laki dan mengobrol. Setelah selesai, kamu meminta maaf padaku karna kamu tidak memperkenalkanku pada temanmu itu, sambil kamu bilang, siapa tahu aku mau mencari kenalan anak mesin kampusmu. Tetapi aku berkata: Untuk apa? Aku tidak perlu mencari lagi.
Ya tentu kamu tau kenapa.
Saat itu kamu juga bilang ada sejarah dibalik helm yang aku pakai. Kamu menceritakannya dan akupun tertawa karna lucu.
Kamu juga bercerita tentang wisudamu saat itu. Bagaimana riuhnya keadaan saat itu, bagaimana keluargamu datang. Bagaimana kamu mencari pengiriman barang karna kos mu akan berakhir bulan ini. Dan apa yang teman-temanmu berikan untuk wisudamu.
Apakah kamu tahu bahwa disaat kamu wisuda, aku menyaksikan live streamingnya di kamarku?
Setelah itu kita berencana untuk makan. Kamu bingung mau makan dimana, kamupun akan menurut dimanapun aku mau makan. Tapi aku tidak tahu kuliner di kota ini, karena selama ini aku pasti makan di mall. Sedangkan saat itu aku ingin makan di tempat yang bukan mall. Kamu menawarkan ku soto, tetapi aku bilang tidak mau karna aku tidak suka soto. Setelah lama berpikir, akhirnya kamu mengajakku makan di restoran bebek. Di perjalanan, kamu bilang cuaca sore seperti ini enak, tidak panas.
Aku juga tadi berkata bahwa malam ini aku akan bertemu dengan ceweknya temanku, yang selama ini akupun belum pernah bertemu dan aku tidak terlalu dekat dengannya. Ia mengajakku main karna dia tahu aku sedang di kota ini. Kita akan bertemu di McD Waru. Jadi aku berpikir, aku dan kamu akan berpisah setelah makan, kemudian aku bertemu perempuan itu naik ojek online, karna tempatnya jauh namun dekat terminal. Ya, aku berencana pulang naik bus.
Setelah sampai di restoran bebek, kamu pesan bebek bagian dada dan aku bagian paha. Kamu pesan 2 freshtea dan aku 1. Disitu aku sambil men-charge HPku, aku taruh di atas kulkas. Sehingga saat makanan datang, aku memotret makanan kita dengan HP-mu. Aku masih ingat kamu berkata padaku ketika aku mau cuci tangan, bahwa karena aku anak pangan, aku harus bersih. Kamu juga bilang kalo kamu membersihkan tanganmu dengan tisu sebelum makan.
Kamu juga bilang kalau bebek itu tidak bagus untuk dimakan. Namun tetap saja kamu memakannya.
Kamu bilang kalau ada temanku yang melihat snapgram-mu. Setelah kulihat, memang dia temanku. Akupun berkata ada juga temanmu yang melihat snapgram-ku. Dan itu memang temanmu.
Sebenarnya ketika makan, aku tidak bisa merasa itu enak atau tidak. Karena kalau makannya sama kamu, lidah aku sudah bukan sebagai indra pengecap lagi, tetapi sebagai penyampai kata-kata dari hati aku. #ea
Aku bertanya padamu, memangnya di daftar yang melihat snapgram-mu, aku ada di urutan berapa? Setelah dilihat, aku urutan kedua, dan yang pertama entah siapa aku tidak memperhatikan.
Aku lupa awalnya kita membahas apa, namun kamu berkata bahwa baru mengenalku sejak SMA. Aku pun berkata, aku sudah mengenalmu sejak SMP! Kita 'kan satu kelompok outbound kelas 7. Kamu tidak ingat, lalu berkata, kita tidak pernah sekelas. Kujawab, ya. Kamu 7b, absen 25, kan?
Demi Tuhan aku kagum dengan ingatan jangka panjangku ini!
Dan kamu selalu sibuk menanyakan dimana letak McD Waru. Akupun tidak tahu, dan kamu sibuk mencarinya di maps. Lalu aku berkata, padahal tinggal aku ketik McD Waru di aplikasi ojek online. Kamu malah menawarkan mengantarku sampai tujuan dan kamu bilang kamu mau menemaniku bertemu dengan perempuan tersebut dan mengantarku ke terminal. Kamu ingin menemaniku karena tadi kataku aku tidak terlalu mengenal perempuan tersebut.
Jelas aku mau.
Kamu tidak sekalian bertanya mau jadi pendamping hidupmu atau tidak?
Perjalanan dari tempat bebek itu ke McD tidak terlalu lama, tetapi tidak sebentar juga. Kamu bilang bahwa terakhir kamu mencuci motormu ini 4 tahun yang lalu.
Kamu juga bercerita punya saudara yang tinggal disini, dan kamu hanya mengunjunginya 2x, ketika masih maba dan ketika kamu sudah lulus, itupun karena orangtuamu juga datang.
Sekitar pukul 18.30, setelah menempuh perjalanan 30-45 menit, kita tiba di McD yang dimaksud.
Aku memesan cola float, kamu memesan sundae.
Ternyata agak lama menunggu perempuan itu, kitapun bisa leluasa mengobrol lebih lama.
Akupun memulainya dengan berganti pakaian menjadi kaus oranye, di toilet McD.
Ketika aku duduk, kamu bertanya padaku apakah dengan baju seperti ini aku akan pulang naik bus, malam ini?
Ya, aku menjawab.
Memangnya kamu tidak bawa jaket? Tanyanya.
Aku pakai selendang saja, jawabku.
Siang saja bus sudah seram, bagaimana kalau malam? Lagi lagi kamu bertanya.
Aku tidak apa-apa, kataku.
Saat itu, aku bercerita bahwa kemarin bapak gojek-ku menanyakan pacarku orang mana, dan aku jawab aku belum punya pacar. Lalu beliau menyuruhku berdoa dan mendoakanku.
Kamu bilang, bagus kalau ada orang lain yg mendoakanku.
Akupun berkata, selama ini aku dan temanku saling mendoakan dan hal tentang percintaan menjadi salah satu pokok doaku. Aku mendoakan di tahun ini aku ingin punya pacar, tetapi sudah bulan Oktober belum kunjung ada. Mungkin doaku nanti diperpanjang saja sampai tahun depan.
Kamupun tertawa.
Kamu berkata, doa itu jangan ambigu. Kalau ingin nilai skripsi A, doakan nilai skripsi A. Jangan minta yang terbaik, karna yang terbaik untukmu bisa jadi B+.
Lalu aku bertanya, apa yang ambigu dari doaku? Sedangkan aku selalu menyebut nama orang itu untuk jadi pacarku.
Sungguh, seberani itu aku memberimu kode.
Maaf, aku tidak sengaja.
Entah kamu bisa menangkapnya atau tidak.
Sudahlah.
Saat itu kita juga membicarakan pernikahan di agamamu, persiapan pernikahan di agamaku, dan aku juga bertanya apakah orangtuamu keberatan kalau kamu bersama yang berbeda agama. Kamu menjawab, pasti. Saat itu aku tidak melanjutkan, karena aku sendiri tidak berani bertanya apakah agamaku termasuk agama yang berbeda denganmu?
Lalu datanglah perempuan itu. Kita bertiga mengobrol begitu saja. Kata temanku, ini bukti bahwa aku sudah move on tingkat dewa. Ya, aku mempertemukan pacar mantan gebetanku ke gebetan baruku. Seharusnya kamu bisa merasakan suasana itu. Kalau aku belum move on, kita tidak mungkin bertemu seperti ini.
Aku sebenarnya masih ingin bicara banyak hal, tetapi kamu bilang besok kamu akan interview lanjutan lagi dan baru dikabarkan malam itu. Aku terpaksa menyudahinya, karna tidak enak denganmu. Sekitar pukul 21.30, kita beranjak pergi dan ternyata diluar masih foto-foto. Sebelum meninggalkan meja, kamu mengingatkanku apakah dompet, HP dan barang2ku sudah ada semua atau belum.
Lalu kamu mengantarku ke Purabaya, tempat yang kemarin tidak ingin kamu raih karena terlalu jauh. Ketika aku turun dari motormu, kamu berkata hati-hati, sudah malam, baju ku seperti itu, bahaya. Aku mengiyakan.
Akupun berkata sampai jumpa lagi.
Kamu mengiyakan, lalu pergi meninggalkanku,
Seraya melihat jam tanganmu.
Sungguh, apakah ini pertemuan pertama setelah selama ini, sekaligus pertemuan terakhir?
Apakah ini terakhir kalinya aku duduk diatas motormu?
Apakah semesta akan mempertemukan kita lagi?
Aku tidak tahu.
Aku tidak mau tahu!
P.s: close friend aku di instagram cuma 1 orang kok.
Kamis, 11 Oktober 2018
Langganan:
Postingan (Atom)